Saturday, January 6, 2018

Day 6 : It's Mine





Dulu, aku sering complain sama ibu.
Tanganku kasar, bantet, dan bengkok. Aku ingin tangan cantik seperti perempuan lain, agar jika ada seseorang yang menggengam tanganku, mereka tidak mempertanyakan apa aku sungguh seorang perempuan atau bukan. 
Lalu ibu berkata, "Tak apa, rupa tanganmu adalah saksi bisu bagaimana kamu bekerja selama ini. Orang2 yang merawat tangannya mungkin seseorang yang punya banyak waktu luang, sedangkan kamu tidak memiliki cukup waktu untuk memperhatikannya karena kamu punya banyak hal yang harus diselesaikan" 
Hmm.. Alibi yang bagus, hehe.
.
Seperti yang kalian lihat, tangan ini punya banyak kekurangan. Perawakannya tidak sestandar perempuan pada umumnya.
.
Tangan ini sering kapalan dan tergores. Bahkan pernah mengalami luka sobek sampai meninggalkan bekas luka jahit. Seperti yang ibu bilang, pemiliknya jarang memperhatikannya. Kuku jemariku tidak kinclong bak kaca. Kesepuluhnya suka terpotong tak simetris juga terkadang terselip kotoran di bawah kuku yang menjijikan. .

Inilah aku dengan kekuranganku.
Sejak saat mendengar perkataan ibu yang cukup melegakan,
Aku mencintai tanganku, bagaimanapun bentuknya. 
Keduanya adalah harta berharga. 
Mereka sudah bekerja keras untuk mengantarkanku menjadi sosok Nia yang sekarang.
Tanpa tanganku, aku tidak bisa melakukan pekerjaan dengan mudah. 
Mereka tidak pernah berhenti bekerja dari aku bangun hingga tertidur.
.
Sometimes i'm wondering..
Sosok pendamping apa yang akan menggenggam tangan perempuan yg tak seperti perempuan pada umumnya ini? 
Apa ia akan menerimanya setulus hati atau justru membatin diam-diam. 
Aku berharap ia adalah seseorang dengan tangan besar yang dapat menggengamku tulus dalam genggamannya. Dengan begitu ia bisa merasakan kehalusan dalam diriku dengan hatinya. 
#30HBC2018
#30haribercerita
@30haribercerita

No comments:

Post a Comment